Manajemen Bermain Bola

Seandainya saya mempunyai sebuah tim sepak bola, saya tentunya akan memilih pemain-pemain yang berkualitas agar tim saya ini bisa memenangkan pertandingan. Paling tidak nggak malu-maluin saya sebagai manajer tim. Hasil seri juga lumayan lah.

Ini berandai-andai lagi nih. Singkat kata saya mulai dipercaya untuk memanajeri sebuah tim bola. Tugas pertama adalah mencari calon-calon pemain yang akan saya latih dan saya mainkan. Tentu saja ada beberapa kriteria pemain yang akan saya rekrut. Untuk merekrut pemain depan saya akan pilih pemain yang agak egois, punya tendangan yang jitu, akselerasinya cepat, punya kemampuan dribbling yang baik dan akan lebih baik jika kemampuan heading nya melebihi pemain lain. Semua syarat-syarat itu harus ada pada seorang striker yang akan saya rekrut. Untuk postur tubuhnya tidak perlu yang terlalu besar. Kecil juga boleh yang penting lincah. Amat jarang kita lihat striker yang badannya besar, mungkin hanya Peter Crouch yang bisa sukses sebagai striker dengan tinggi lebih dari 2 meter. Striker lainnya rata-rata berpostur kecil. Ini penting untuk digunakan sebagai strategi penetrasi cepat tanpa diketahui pemain lawan.

Untuk pemain tengah saya akan pilih pemain yang punya kemampuan passing yang bagus. Akselerasi tidak terlalu bagus juga tidak apa-apa. Toh pemain ini lebih mengandalkan kerjasama tim dalam mengoper bola. Selain passing yang bagus, pemain tengah pilihan saya harus mempunyai kemampuan positioning yang baik. Artinya dia tahu dimana harus mengoper bola dan dimana dia akan mengoper bola. Disamping itu sebaiknya pemain tengah memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menentukan pola permainan. Itulah mengapa biasanya playmaker dalam sebuah tim adalah seorang pemain tengah. Kreatifitas ini mutlak diperlukan bagi pemain tengah.

Untuk pemain belakang saya akan pilih pemain dengan postur besar namun dengan kemampuan akselerasi dan sprint yang mumpuni. Kemampuan menjaga pemain depan lawan juga sangat diperlukan. Artinya pemain belakang pilihan saya adalah seorang yang mempunyai disiplin yang tinggi. Selalu siap menjaga pemain lawan selama 90 menit pertandingan berlangsung. Selain itu kemampuan heading yang prima juga menjadi syarat utama. Hal ini diperlukan untuk memotong umpan-umpan lambung lawan yang biasanya langsung diarahkan ke striker. Pemain belakang biasanya mempunyai postur badan yang besar dan mempunyai keberanian yang lebih dibandingkan pemain lainnya. Nyalinya harus besar, sangat berguna dalam melakukan tackling-tackling kepada bola yang dibawa lawan.

Untuk kiper, saya akan cari pemain yang secara fisik mempunyai postur yang tinggi. Kemampuan melihat pergerakan bola dan pemain lawan juga sangat penting. Selain kemampuan mengarahkan pemain belakang dalam mengatur posisi bertahan. Kiper ini juga harus memiliki kemampuan head to head yang baik. Kiper yang over confident mungkin tidak banyak berguna. Karena sifat ini justru akan membawa tim kepada kekalahan ketika kiper mulai gatal untuk melakukan penyerangan.

Nah, setelah semua pemain ketemu, saya akan mulai menerapkan strategi permainan. Terlebih dahulu kita harus tahu kekuatan lawan dan tujuan dari pertandingan ini. Karena tidak semua pertandingan bertujuan untuk menang. Ada mungkin pertandingan yang cukup seri saja. Pada saat kita perlu seri, mungkin kita perlu menyiapkan enerji untuk pertandingan berikutnya yang dirasakan mungkin lebih penting. Strategi pertandingan dalam sebuah permainan sifatnya sangat fluktuatif. Bisa berubah setiap 5 menit atau bahkan setiap menit. Terutama pada 10 menit terakhir. Sangat krusial bagi pelatih untuk mengetahui strategi apa yang akan dipakai.

Cerita di atas adalah cerita berandai-andai. Namun sangat banyak hal positif yang bisa kita terapkan dalam kehidupan berorganisasi. Saya menyukai bola. Namun saya lebih menyukai bola sebagai sebuah permainan manajemen. Semua strategi manajemen ada dalam sebuah tim bola.

Namun tidak semua organisasi bisa mengambil hikmah dari permainan sederhana ini. Di organisasi tempat saya dulu bekerja misalnya. Banyak pemain bola yang tidak bisa menendang bola. Walhasil pelatih harus mengajari pemain tersebut cara menendang bola yang baik. Kalau waktunya habis dipakai untuk mengajarkan dasar-dasar permainan bola, terus kapan kita akan berlatih strategi ? Akibatnya bisa ditebak, tim ini akan selalu kalah dalam setiap pertandingan. Bahkan mungkin kalah dalam setiap bertanding. Padahal di organisasi saya yang dulu ini, resource nya sangat besar tapi sayang tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Bayangkan saja klub sekaliber MU yang merekrut pemain-pemain debutan yang baru saja bisa nendang bola. Walaupun kekayaan MU lebih dari 200juta pondsterling, tapi tanpa didukung oleh pemain yang handal dan strategi bertanding yang prima, tidak mungkin akan berhasil menggapai gelar juara premier league. Malah mungkin bisa di degradasi. Tidak perlu merekrut pemain-pemain bintang. Karena banyak pengalaman klub yang merekrut semua pemain bintang malah justru bermasalah dengan suasana klub yang tidak harmonis karena persaingannya terlalu ketat. Misalnya Real Madrid atau Chelsea yang sekarang sedang didera dengan masalah keuangan, walaupun tahun lalu bisa merebut juara premier league.

Sudah kebayang belum ?

Kalau belum gini aja deh jelasnya. Menurut Anda masuk akal nggak organisasi yang ada embel-embel nama international nya dan dipimpin oleh kebanyakan expatriate, tapi sebagian besar karyawannya susah banget berkomunikasi dalam bahasa inggris. Mungkin kalau kita sedang nonton acara empat mata kita sering ketawa melihat aksi tukul dengan bahasa inggrisnya yang belepotan. Padahal kita sedang mentertawakan diri kita sendiri loh (buat yang ngerasa). Kalau ada satu staf yang suka menulis proposal atau essay menggunakan bahasa inggris suka dibilang sok-sokan. Weleh-weleh,…. Opo tumon ??? Celakanya lagi kalo misalnya kesalahan penggunaan bahasa inggris dipadukan dengan ketidaktahuan tentang program. Saya sering ketawa geli kalo melihat orang yang melafalkan “Hospice” dengan mengartikannya sebagai rumah damai (house peace kali ya maksudnya). Padahal hospice ini artinya adalah semacam shelter. Biasanya digunakan ODHA dari komunitas menengah kebawah untuk mendapatkan perawatan kuratif, rehabilitative dan paliatif. Kalo diartikan house peace kan udah beda lagi maksudnya. Malah membikin terminology baru dong kalo gitu. Masih untung banyak orang-orang di kantor saya yang kursus bahasa inggris. Artinya menyadari kekurangannya. Tapi sudah terlambat belajar menendang bola ketika kita sudah berada dalam pertandingan kompetisi. Artinya sadar diri aja dehh,…

Bahasa hanyalah sebagian kecil dari minimnya kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh orang yang akan bergabung dalam organisasi saya dulu. Makin banyak lagi orang yang tidakpaham tentang konsep penanggulangan epidemic HIV. Kebayang kan orang-orang model begini menjadi supervisor bagi LSM yang bekerja menanggulangi epidemic HIV. Lebih banyak sok tahu deh kalo begitu. Kemungkinan LSM yang di supervise itu lebih banyak tahu. Karena mereka tidak hanya belajar dari buku tapi juga belajar dari lapangan. Mereka lebih bisa mennendang bola, mengoper dan mendriblle dibandingkan yang ngajarin. Supervisornya tidak punya pengalaman lapangan. Yang disupervisi lebih kaya pengalaman lapangan, tapi kalo kasih masukan dianggap sok tahu… Loh opo tumon meneh iki,…???

Yang namanya menanggulangi epidemi Infeksi Menular Seksual adalah dengan memadukan perubahan perilaku dan perilaku mencari pengobatan. Paham kan maksudnya ?? Kok ada yang bilang “udah sekarang menjangkau aja,… Nggak usah dating ke klinik” Loh opo tumon,…? Ini yang ngomong levelnya supervisor loh,…

Udah dapat gambaran belum ?

Ada satu lagi nih. Ceritanya organisasi saya ini sudah bertahun-tahun menjalankan program pencegahan IMS. Tapi ketika ditanyak oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (Ibu Naf) tentang dampak keberhasilan program tidak ada yang bisa menjawab dengan jelas. Artinya prevalensi IMS kok nggak turun-turun yah. Direktur yang orang ekspat tadi mulai panik. Dibikinlah program penggunaan kondom 100%. Dikombinasikan dengan pengobatan Cefixime dan Azithromisin (obat yang saat ini paling direkomendasikan untuk pengobatan IMS). Metodologinya begini, selama tiga bulan seorang pekerja seks akan diikuti terus pemakaian kondomnya serta diperiksa dan diobati sebulan sekali. Artinya jika ada satu kali saja pekerja seks ini tidak pake kondom, bisa dipastikan akan tetap ada IMS nya. Diterjemahkan begini, tanpa pake kondom 100% bisa dipastikan prevalensinya nggak akan turun. Program ini sebenarnya bagus, asal disertai dengan pemahaman yang baik. Banyak yang menaruh harapan besar terhadap cefixime dan azithromisin ini. Padahal obat ini tidak bisa mencegah IMS. Kita juga tahu bahwa obat ini hanya untuk mengobati IMS, bukan untuk mencegah. Sampai sekarang tidak ada obat yang bisa mencegah. Tapi emang karena sebagian besar pemain bola di kantor saya yang dulu itu tidak mengerti cara mengoper bola dan tidak mengetahui tentang strategi menyerang dan bertahan, akhirnya jadi salah kaprah tentang obat yang harusnya kuratif menjadi salah satu strategi preventif. Lho opo tumon iki rek,…

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

13 thoughts on “Manajemen Bermain Bola

  1. analisa mantan pemain memang sering lebih kena, dibanding wartawan yang gak pernah main. sekarang jadi manajer aja di klub yang baru/ bikin klub sendiri. nanti saya jadi tim penggembiranyanya . Oke lah , terus berjuang GUS

  2. Tapi itu belum semua. Ada yang lebih lucu lagi. Misalnya ada pemain belakang yang nggak suka sama pemain depan yang suka nge-gol-in, dia bisa bilang sama pelatihnya buat mengganti pemain depan ini. Alasannya karena ”mosok yang nge-gol-in pemain depan terus”. Pemain belakang akan berpikir bahwa pelatih pilih kasih terhadap semua pemain. Karena pemain belakang tidak pernah diberi kesempatan untuk maju ke depan.
    Kalaupun pelatih nggak merespon, pemain ini bisa melaporkan kepada pemilik klub agar pemain depan tadi diberikan status ”free transfer”,…
    Dan celakanya pemilik klub kayaknya nggak pernah nonton bola. Jadi di iya-iyain aja,… He he he,…
    Ohh dunia,… Ohh mama, Ohh papa,…

  3. dari awal memang gue gak sreg banget nih sama program kondom + PPT ini, “terlalu maksa”…kalo sama design research yang sebelumnya (inget kan…) itu masih bisa lebih diterima…tapi londo2 itu serasa lebih tau dan lebih pinter sih…yah, beginilah kalo jadi kontraktor…

  4. gus, pie khbare?
    manajemen bola yang tertuang dalam permainan memang lebih bisa dinikmati dan ditonton.
    hem….Gus, aku senang bisa masuk dalam kategori yang karyawan susah bgt pake bahasa londo. “Itu aku sesadar-sadarnya Gus”.
    soal “Supervisor” ya-ya aku bisa mengerti pendapatmu.
    okey deh, salam and smoga manajemen bola ditanganMu akan lebih mengelinding masuk ke gawang dan semua merasakan dampaknya….

    ke2k

  5. Halo Mbak Kekek,…
    Ah mbak kekek sih termasuk yang TOEFL nya di atas 500. Kelihatan dari beberapa kali nulis essay pake tulisan londo dan beberapa kali conversation sama orang2 bule.

  6. kumaha damang den mas ………….
    moga selalu ada dalam berkah dan rahmat Allah SWT. Nabi kita mengajarkan segi management yang sangat solid dengan dipilihnya 4 sahabat yang masing-masing memiliki kemampuan yang beragam, namun punya visi yang sama dalam menyelamatkan umat manusia.ke 4 sahabat ini, sangat berbeda dalam sikap,tabiat serta tempramen tetapi masing 2, sangat menghormati dan menghargai sebuah konsep program yang disepakati bersama.
    intinya :
    1. sebuah program akan berjalan dengan optimal bila dipimpin oleh orang-orang yang propesional di bidangnya. ingat Qur an sudah mensyiratkan itu : ” bila kau serahkan urusan pada yang bukan ahlinya, tunggu kehancurannya.
    2. ketika berbicara sebuah Tim Work, setiap keputusan yang sudah diambil, efek dan akibatnya adalah tanggung jawab bersama.
    3. kegagalan pada sebuah tim, akibat adanya friksi yang tidak bisa diselesaikan secara bersama, tetapi lebih mengacu pada like and dislike.
    4. evaluasi program tidak dibahas secara utuh, tetapi lebih banyak dibahas sisi lain dari program yang kadang tidak bersinggungan sama sekali.
    kitu cenah,………………….saur sim kuring.
    ada kredo dari Hojjatul Islam Imam Gozali
    ” bila aku berjalan di dalam goa yang gelap, aku tak akan berhenti sebelum bertemu dengan setitik cahaya yang akan membawaku pada sebuah keyakinan tentang kebenaran.

  7. Wakakakakaka, even my english still blepotan no problem alias teu nanaon.

    kang bagus kumaha kabarna? lawas tilawas teu pendak.

    secara keseluruhan tim sepakbolanya makin berkurang keliatannya, makin banyak yang dapet “free transfer” hehehe….

    terpenting dari sebuah tim adalah kepercayaan yang mutlak dan tidak saling menikam dari belakang, klo itu terjadi maka ya bisa ditebak sendiri. memberikan peluang kepada semua pemain adalah yang terbaik, tetapi tetap dengan porsi masing-masing posisi yang telah ditentukan, masa striker pengen selalu jadi penjaga gawang atau sebaliknya, ya ga akan baik-baik malah mungkin akan sering kecolongan hahahaha…

    tapi klo pelatihnya mau jadi striker atau mengganti pemain lain sah ga ya? hehehe… kayanya lucu klo pelatih selalu ingin jadi pemain, kok ga percaya sama pemainnya wakakaka….

    salams ganteng

  8. Jaman Rosul dulu ketika salah seorang sahabat diminta menjadi pemimpin dari yang lain, sahabat ini malah menangis. Karena amat berat beban yang harus ditanggung oleh seorang pemimpin. Kita semua adalah pemimpin buat yang lain. Dalam sebuah organisasi juga sangat berat untuk menjadi pemimpin. Tidak pernah ada prajurit yang salah. Kalaupun ada kesalahan prajurit, berarti kesalahan ada pada jenderal nya. Jenderal perang harus lah di depan ketika memimpin perang, sehingga dia mengetahui betul situasi medan peperangan. Namun sekarang makin banyak fakta yang terjadi bahwa Jenderal perang akan lari paling duluan kalau kelihatan pasukan nya mulai terdesak dan menyalahkan prajuritnya atas kekalahan ini. Tetapi kalau pasukannya terlihat mulai memenangi medan pertempuran, Sang Jenderal akan maju paling duluan dan berkata bahwa kemenangan ini atas jasa dia. Padahal dia lupa, untuk mencapai kemenangan juga membutuhkan korban prajurit yang ada di garis paling depan.
    Semoga kita semua bisa mewarisi sifat para sahabat. Bukan begitu Abah Asep,…

  9. Ikut Coment ya mas….
    Emang asyik mengandaikan dengan sepak bola, apalagi katanya mas Bagus adalah penggila CM juga, waah kebetulan banget..sama dong, boleh neeh kita adu staragi kapan2..hehehe. Saya akan tetep pilih AC Milan Pastinya walaupun Team ku ga lo2s champion..Hiks…(alah ko ngomongin ini toh)
    Dalam sepak bola ada satu kesatuan yang ga bisa dilepasin, dari mulai pelatih,Pemain (inti dan pengganti) pasti punya peran masing-masing,,intinya adalah kemenangan sebuah tim. 1 sama lainnya harus terjalin kepercayaan, saling bertanggung jawab, pastinya harus satu visi yaitu mencapai kemenangan…ya ga?
    Sama dengan Program yang kita usung sekarang mencegah epidemi IMS dan HIV/AIDS, kalo ga ada peran dari semua element (pemerintah, NGO, semua element Masyarakat) apalagi sampe saling ga percaya, ga akan bisa dong kita mencegah penularan HIV. Mungkin Masyarakat Indonesia Bebas HIV/AIDS akan hanya menjadi angan2 saja kalo lihat kondisinya seperti ini. Ga ada berbagi peran yang jelas dan saling percaya satu sama yang lainnya.
    Kayanya seeh emang manajemen penanggulang epidemi HIV/AIDS di Indonesia bisa tercermin dari kondisi sepak bolanya, dari kepengurusan PSSInya yang ga puguh,yang akhirnya berimbas dengan para pemain dan supporternya yang selalu anarki……
    Tapi jangan menyerah deh karena masih banyak juga yang malakukan yang terbaik buat masyarakat…ya ga Mas…jad kita ga sendirian deh…
    Nabi Muhammad saw juga melakukan dakwah Islam mulai dari Nol ko..dan berlangsung secara terprogram (AL Quran dan As Sunnah) dan dijalankan step by step dan akhirnya berhasil…
    hatur Nuhun udah ngasih tempat untuk saya berbagi ide…
    Salam buat si kecil…
    G Luck terus Dokter Bagus….!!!

  10. Siapa yang tidak kenal maradona? the living legend from Argetina. Atau Kurniawan, srtiker handal dari negeri tercinta. Tapi siapa peduli dengan jasa or skill mereka. Hanya karena mereka memilih untuk memasukkan sebuah zat ilegal ke dalam tubuh mereka tanpa paksaan (victimless crime) mereka dianggap penjahat dan gak pantes jadi idola.

    Pimpinan mereka tolol dan cari selamat sendiri, yang penting periuk nasi gw aman…………..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *