Saling Curiga

“Wah orang itu pasti….dehh”
“Ohhhh nggak heran, dia kan…..”
“Ahhh dia kan….”

Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat negatif. Negatif dalam arti harafiah, bukan dalam arti etimologi bahasa. Semuanya bermakna menafikan sesuatu. Dalam bahasa yang lebih mudah, semua kalimat tersebut bernada curiga. Mengapa kita selalu diselimuti dengan kecurigaan? Saling curiga sudah sangat mengakar dalam budaya kita. Saya sendiri beberapa kali kena batunya. Sering kali saya mencoba bermaksud baik, tapi dimaknai dengan rasa curiga yang berlebihan. Setelah tahu output dan outcome nya barulah mengerti bahwa maksud saya baik. (Semoga saya tetap bisa menjadi orang yang naif seperti sekarang ini).

Kemudian saya mencoba menganalisa. Jangan-jangan saling curiga ini karena kita kelamaan dijajah sama Belanda. Bayangkan saja selama 350 tahun kita saling diadu domba oleh Belanda. Tidak heran mental bedinde dan mental jongos masih sangat mendarah daging.

Tapi tunggu dulu. Jangan-jangan memang sebenarnya sudah dari sononya kita berjiwa pencuriga. Jangan-jangan memang sudah sejak jaman nenek moyangku (____orang pelaut), kita adalah bangsa yang sangat mudah dicerai beraikan. Lha wong kita punya lebih dari seribu suku bangsa dengan juga ribuan bahasa ibu. Watak dan perilakunya juga pasti berbeda-beda bukan,..?

Yang pasti jangan curiga dulu sama Belanda atau nenek moyang kita. Yang bisa kita lakukan adalah :
1. Menyadari bahwa kita adalah bangsa yang sangat majemuk.
2. Bisa menerima perbedaan sekecil apapun.
3. Berpikir positif terhadap apa yang dilakukan orang lain.
4. Tetaplah berpikiran naif.

Jangan curiga dulu dengan tips di atas yah,… He he,..

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *