Sampai di Mana Batas Kekayaan
Sampai seberapa kaya seseorang itu bisa kaya? Apakah ada batasannya. Sepertinya tidak berbatas. Dalam Al Quran pernah diceritakan bahwa yang terkaya adalah Nabi Sulaiman. Sehingga kekayaannya sangat melimpah, mampu menaklukkan segala macam mahluk yang ada di dunia ini.
Ada teman saya, seorang desainer, yang tadi sore komplain dengan perilaku customernya yang amat tidak menghargai barang seni. Padahal orang itu kaya, naik mercy, tapi masih menawar baju rancangannya dengan rada ngotot.
Padahal menurut saya, kalo baru naik mercy itu belum tentu kaya. Karena Mercy C180 aja paling-paling harganya sekarang lebih murah daripada satu mobil Xenia. Pajaknya aja yang mahal.
Saya jadi teringat jaman awal saya kuliah dulu. Waktu itu orang tua saya masih kesulitan untuk membiayai saya. Maklum saya anak rantau, jadi perlu dibiayai untuk kost dan makan sehari-hari. Pada suatu waktu saya request ke orang tua saya untuk dibelikan mesin ketik, karena sangat vital dalam membuat laporan praktikum. Tidak mungkin meminjam, karena semua teman juga akan disibukkan dengan laporan praktikumnya masing-masing. Pendek kata mesin ketik menjadi barang personal yang cukup penting pada saat itu. Harganya sekitar 150ribu. Namun orang tua tidak memiliki uang sebanyak itu. Saat itu nilai mata uang masih tidak setinggi sekarang. Uang saku saya sebulan ya hanya 150ribu saja waktu itu. Itu sudah pas untuk makan sebulan dan transport. Ada lah sisa sedikit untuk membeli buku dan fotocopy. Kemudian orang tua mencoba meminjam kepada salah seorang kerabat yang paling kaya pada saat itu. Paling kaya lah dia diantara saudara-saudara kami. Mungkin termasuk orang paling kaya kesekian di Magelang. Namun ternyata ditolak, dan hanya mendapat malu saja. Sebenarnya dia mampu, buat dia uang 150ribu itu nilainya kecil. Namun mungkin karena tidak ada keinginan untuk membantu, atau ditambah karena ada faktor bahwa anaknya tidak ada yang sekolah di negeri membuat saudara saya itu enggan untuk membantu dan meminjamkan uangnya kepada ortu saya. Padahal ortu saya tidak pernah tidak membayar hutang.
Sekarang saya jadi mikir, kekayaan saudara saya itu kalau dibandingin dengan kekayaan orang-orang lain masih belum seberapa. Karena dia tinggal di kota kecil, maka terlihat kaya dan mewah. Coba kalo dia waktu itu datang ke Jakarta, ke daerah Menteng atau Pondok Indah, dan melihat nilai kapital kekayaan orang-orang yang tinggal disitu. Mungkin sifat sombong karena kekayaannya yang tidak seberapa itu akan hilang.
Di atas langit masih ada langit. Orang paling kaya di Indonesia, kalau dibandingkan dengan orang paling kaya di Amerika atau di Arab mungkin nggak ada bandingannya. Janganlah kekayaan itu membuat kita menjadi takabur dan melupakan kodrat alamiah keberadaan kita di dunia, yaitu untuk saling tolong menolong kepada yang membutuhkan.
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid