Pendapat Prof Dadang Tentang Kondom

Prof. Dr. Dadang Hawari merupakan salah satu pakar kesehatan yang pendapatnya mengenai HIV selalu ditentang oleh kalangan aktifis HIV. Sejujurnya saya nge-fans dengan beliau karena selain sebagai dokter beliau juga mampu menyampaikan ajaran-ajaran agama sewaktu dulu beliau sering membawakan sebuah acara di televisi swasta. Beliau percaya bahwa cara-cara pencegahan HIV seperti yang dilakukan sekarang ini tidaklah tepat. Promosi kondom menurut beliau tidak ada gunanya dan justru semakin memperbesar kemungkinan penyebaran virus HIV. Pendapat-pendapat beliau banyak dikutip oleh aktifis yang mengedepankan moralitas daripada strategi kesehatan masyarakat, misalnya aktifis HTI (Hisbut Tahrir). Beliau menuliskan hasil rangkuman beberapa pernyataan dari berbagai kalangan tentang kontroversi kondom sebagai pencegah penyebaran AIDS yang kemudian beliau kirim ke Harian Republika dan dimuat dalam rubrik SuaraPublika, 13 September 2002. Berikut sebagian data-data tersebut :

  • Direktur Jenderal WHO Hiroshi Nakajima (1993) menyatakan bahwa efektivitas kondom diragukan.
  • Pernyataan J Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute yang menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom hanya 70 persen.
  • Penelitian yang dilakukan oleh Carey (1992) dari Division of Pshysical Sciences, Rockville, Maryland, USA, menemukan kenyataan bahwa virus HIV dapat menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa (yang beredar di pasaran) ternyata 29 dari padanya terdapat kebocoran, atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom mencapai 30 persen.
  • Dalam konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah benar. Disebutkan bahwa pada kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom.
  • M Potts (1995), Presiden Family Health International, salah seorang pencipta kondom, mengakui. Kami tidak dapat memberitahukan kepada khalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk ke dalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini untuk memakai kondom sama saja artinya dengan menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk ke lehernya.
  • V Cline (1995), profesor psikologi dan Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan.
  • Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai sama saja dengan mengundang kematian. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12 November 1995) .
  • Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Biran Affandi (2000) menyatakan bahwa tingkat kegagalan kondom dalam Keluarga Berencana mencapai 20 persen. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Prof. Dr. Haryono Suyono (1994) bahwa kondom dirancang untuk Keluarga Berencana dan bukan untuk mencegah virus HIV/AIDS. Dapat diumpamakan bahwa besarnya sperma seperti ukuran jeruk Garut, sedangkan kecilnya virus HIV/AIDS seperti ukuran titik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegagalan kondom untuk program KB saja mencapai 20 persen, apalagi untuk program HIV/AIDS akan lebih besar lagi tingkat kegagalannya.
  • Mengakhiri pernyataan ini Prof. Dadang Hawari meyakini bahwa dari data-data tersebut di atas jelaslah bahwa kelompok yang menyatakan kondom 100 persen aman merupakan pernyataan yang menyesatkan dan kebohongan.

Contoh dalam kasus ini adalah dua bintang film porno Amrik terinfeksi HIV/AIDS, padahal setiap akan beradegan panas dihimbau untuk memakai kondom (meski beberapa perusahaan film porno AS akan membayar mahal aktor yang berani beradegan hot tanpa mengenakan kondom). Kontan saja ini membuat sejumlah perusahaan film porno di AS puasa produksi (di Amerika 4000 film porno diproduksi setiap tahun, dan uang yang dihasilkan lebih dari 12 milyar dolar AS) setelah bintang andalan mereka, Darren James dan artis Lara Roxx, yang pernah bermain bersama setidaknya dalam satu film dinyatakan positif terinfeksi HIV/AIDS.

Bagaimana pendapat Anda?

Berikut adalah analisa mengenai pori-pori kondom, mohon klik disini.

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *