Netiquette

Dua puluh tahun yang lalu, sebelum internet berkembang seperti sekarang ini, tidak pernah terbayang bahwa komunikasi akan sangat mudah dengan bantuan internet. Kalau dulu orang “terpaksa” punya telpon atau pager untuk berkomunikasi, namun sekarang jalur komunikasi bisa melalui berbagai macam channel. Bisa melalui sms, email, Facebook, BBM, YM, Twitter dan masih banyak lagi medianya. Namun sayangnya perkembangan saluran komunikasi yang sangat cepat ini tidak diimbangi dengan perkembangan budaya dan norma dalam menggunakan salurannya. Ada beberapa contoh cerita di bawah ini yang mungkin bisa menggambarkan sedikit ilustrasi pentingnya beretika dalam menggunakan saluran komunikasi.

Seorang teman mempunyai sebuah kampanye sosial yang cukup bagus. Dengan memanfaatkan media sosial, kawan ini berharap akan semakin banyak orang yang tersensitisasi dengan isu yang sedang dia angkat. Kemudian kawan saya ini menggunakan media Facebook untuk menyebarkan pesan kampanye nya. Mulailah disebar sebuah pesan ke dalam inbox puluhan orang. Namun sayangnya pengiriman message ini tidak melalui persetujuan terlebih dahulu dari si pemilik account. Akibatnya kawan saya ini dihujani oleh berbagai macam makian karena dianggap telah mengirimkan spam. Akhirnya dia meminta maaf seraya menyalahkan gangguan teknis yang disebabkan. Dengan kata lain “ngeles” bahwa yang terjadi adalah semata kesalahan teknis dan account Facebook nya telah disusupi virus. Kok bisa? Padahal pesan yang dikirimkan dilakukan dengan kesadaran penuh.

Di sebuah kantor yang cukup bonafide dan cukup hightech, hampir seluruh staf nya menggunakan Blackberry. Benda mungil ini memiliki kemampuan luar biasa, selain mampu mengirimkan email secara realtime, dia juga mampu digunakan untuk akfititas office secara terbatas. Namun sayangnya kecanggihan media tidak dibarengi dengan etika dalam memanfaatkan channel. Traffic emailnya tinggi sekali, namun isinya bisa dibilang sampah. Kenapa sampah? Misalnya atasan mengirim sebuah email, kemudian hampir secara berbarengan staf lainnya melakukan reply all yang mungkin hanya sekedar bertuliskan “Baik bu,…”, “Akan kami laksanakan bu” dan kalimat-kalimat singkat lainnya. Ini juga mengarah ke spaming ketika dilakukan reply all kepada semua penerima email. Amat sangat mengganggu.

Mungkin Anda pernah menerima email berantai? Misalnya isu yang terbaru mengenai akan adanya gempa dengan skala 8,7 SR yang melanda Jakarta. Dari content nya saja sudah jelas bahwa email ini adalah hoax. Namun sayangnya tanpa seijin penerima, pesan ini terlanjur disampaikan secara berantai. Cukup mengganggu bagi si penerima yang kebetulan mungkin tidak berkenan untuk menerima hoax email.

Apakah Anda pernah merasakan handphone Blackberry Anda hang setelah mengikuti beberapa group? BBM group jika tidak digunakan secara bijak hanya akan mengakibatkan peningkatan traffic. Dan karena ciri khas mekanisme BBM ini sebagian content akan disimpan di handheld pengguna, maka ketika si pengguna bergabung dengan banyak group dengan banyak conversation maka akan segera muncul gejala-gejala “lemot” dan akhirnya sering hang. Saya sendiri sekarang memilih tidak bergabung dengan group apapun dan sudah cukup senang dengan BBM versi 4.2.

Contoh-contoh diatas adalah sebagian dari cerita ketidaknyamanan seseorang dikarenakan kemajuan teknologi. Media yang berkembang sangat pesat justru menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi memudahkan, namun jika tidak dikelola dengan baik justru akan menyulitkan. Lalu mengapa tidak diatur saja? Jawabannya adalah : siapa yang akan mengatur? Dan bagaimana cara mengaturnya? Interaksi di dunia maya hampir sama dengan interaksi di dunia nyata. Tata krama di kehidupan nyata juga tidak diatur secara detil. Dibutuhkan sebuah norma dan etiket. Ketika berkomunikasi dalam dunia maya, etika nya kemudian disebut dengan Nettiquette, yang terdiri dari dua kata; internet dan etiquette.

 

 

 

 

 

 

Gary Thuerk – Bapak Spam

 

 

 

 

 

Netiquette adalah sekumpulan kesepakatan sosial yang berguna untuk menjembatani interaksi dalam berbagai jaringan dan jalur media. Tujuan adanya netiquette adalah untuk menjamin kenyamanan dan perilaku yang baik selama menggunakan media online. Sejarah netiquette, seperti dilansir dari vivanews.com dimulai ketika Gary Thuerk, seorang Marketing Manager dari Digital Equipment Corporation (DEC), pada 3 Mei 1978 ingin menyiarkan kabar seputar penjualan perdana komputer terbaru perusahaannya di Los Angeles dan San Mateo, California. Atas sepengetahuan Carl Gartley, pemilik akun email yang dipinjam Thuerk, ia mengirimkan spam pertama ke jaringan komputer sejumlah unversitas dan lembaga pemerintahan yang dikenal dengan ARPAnet, yang merupakan nenek moyang jaringan Internet. Saat itu, terdapat ribuan orang yang terhubung ke jaringan ARPAnet, dan sebagian besar dari mereka adalah ilmuwan komputer. Thuerk sendiri bermaksud untuk mengirimkan email undangan bagi seluruh 400 anggota ARPAnet yang tinggal di kawasan pesisir barat Amerika Serikat. Namun, bukannya mengirimkan email bagi tiap anggota itu satu per satu, seperti yang merupakan prosedur standar ketika itu, ia memutuskan untuk mengirimkan satu email saja ke seluruh 400 orang itu. Sontak, langkah yang diambil Thuerk menyulut emosi komunitas ilmuwan yang tergabung dalam jaringan ARPAnet. Namun, upaya Thuerk membuahkan hasil, sejumlah korban yang ia kirimi ‘spam pertama di seluruh dunia’ itu akhirnya membeli produk yang dijual perusahaannya. Bahkan, dikutip dari Computer World, 6 Mei 2011, penjualan akibat spam itu mencapai nilai 13 sampai 14 juta dolar AS. ‘Kejahatan’ yang dilakukan Thuerk itu diabadikan dalam sebuah tayangan di jaringan televisi CBC bertajuk “SPAM: The Documentary.” Selain itu, ‘inovasi’ yang dibuat oleh Thuerk ini juga membuatnya tercatat dalam Guinness World Records sebagai bapak para spammer. Saat ia melakukan apa yang ia perbuat ketika itu, Thuerk tidak menyadari bahwa tindakannya merupakan salah satu tindakan yang mengubah dunia komputer, khususnya dunia bisnis. Seperti diketahui, akibat ulah Thuerk, menurut data Symantec terakhir, sekitar 80 persen email yang dikirimkan di seluruh dunia saat ini merupakan email spam.

Untuk itulah dirasa perlu untuk mengatur arus lalulintas jaringan di dunia maya. Metodenya tidaklah sulit. Hampir sama ketika Anda bergaul dengan orang lain di dunia nyata. Berikut ini adalah sebagian tips yang mungkin diperlukan dalam”bergaul” di dunia maya :

Hemat Bandwidth. Kadang Anda juga akan merasa tidak nyaman ketika ngobrol dengan orang yang bicaranya bertele-tele dan tidak to the point. Bahasa yang digunakan panjang-panjang padahal maksudnya hanya sederhana. Dalam mengirimkan pesan, setiap karakter yang dikirimkan menandai satu byte. Bayangkan jika seluruh pengguna internet menggunakan kata-kata yang bertele-tele. Mungkin tidak saja bertele-tele. Mengirimkan balasan email dengan kalimat yang singkat (seperti contoh cerita di atas), namun lupa bahwa di bawah body message nya masih nyangkut message yang lama. Akibatnya walaupun terkesan hanya mengirimkan satu kalimat tapi sebenarnya telah mengirimkan kembali (re-send) seluruh isi email ditambah dengan satu kalimat. Termasuk juga hindari mengirimkan email dengan attachment yang berukuran besar. Lebih bijak jika Anda menggunakan fasilitas cloud computing (seperti Dropbox) yang kemudian bisa dishare dengan pengguna lain.

Jangan berteriak. Anda pasti akan sangat tidak nyaman kalau ngobrol dengan orang yang berteriak-teriak. Dalam dunia online, menggunakan huruf kapital ketika berkomunikasi sama saja dengan berteriak. Ada beberapa teman yang selalu menggunakan caps-lock ketika update status facebook. Ketika ditanya, alasannya biar jelas. Padahal etikanya considering rude karena selalu berteriak. Disarankan juga menggunakan emoticon untuk menggambarkan perasaan Anda. Namun juga jangan terlalu lebay dalam menggunakan emoticon. Apalagi Blackberry sudah dilengkapi dengan fitur autotext dimana kalimat yang dikehendaki bisa langsung otomatis berubah sesuka hati. Namun sayangnya terkadang emoticon yang digunakan justru menjadi sulit untuk dibaca. Ya agak-agak Alay lah jadinya, he he he,…

Jangan mengirimkan spam email atau forward email sembarangan. Memang mudah jika sekali klik langsung puluhan bahkan ribuan alamat tercapai. Namun belum tentu orang yang dikirimkan setuju dengan spam yang sudah terlanjur sampai. Apalagi pada era push mail sekarang ini. Blackberry akan berdering terus menerus setiap kali ada spam yang masuk. Hal ini tentunya cukup mengganggu bukan.

Dilarang Trolling. Trolling adalah menggunakan alamat email lain untuk menyuarakan isu yang spesifik. Biasanya digunakan dalam sebuah milis untuk mengangkat sebuah isu yang agak kontroversial. Atau hanya sekedar untuk hit and run tanpa perlu bertanggung jawab terhadap statemen yang sudah dilemparkan. Membuat alamat email baru sangatlah mudah. Peluang terjadinya trolling saat ini juga semakin besar. Namun jangan lupa bahwa sejenius apapun, identitas pelaku trolling masih bisa dilacak dengan mudah. Banyak tools yang sudah tersedia dan rata-rata disediakan secara gratis untuk mengungkap identitas pelakunya. Coba saja cari di google.

Bagi webmaster, jangan membuat halaman web yang berukuran besar. Halaman web yang baik adalah yang sekecil mungkin dan bisa diakses dari jaringan dial-up sekalipun tanpa jeda yang panjang. Ini bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam mengakses situs kita.

Jangan berikan data personal. Nomor telepon jangan pernah disebar di dalam media apapun, termasuk milis. Lebih bijak kalau cukup mencantumkan alamat email dan anda kemudian berjanji akan menelpon setelah email diterima. Penting juga untuk menjaga informasi orang lain secara private.

 

Tulisan lain mengenai Netiquette klik disini.

 

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *