Vaksinasi HIV

Pada tahun 1985, lebih dari 10ribu kasus AIDS dilaporkan di seluruh dunia. Satu dekade kemudian, pada tahun 1998, Global AIDS Policy Coalition (GAPC) memperkirakan ada sekitar 30,6 juta orang yang telah terinfeksi HIV di seluruh belahan dunia. Pada tahun 2006 WHO memperkirakan bahwa HIV telah menginfeksi lebih dari 42 juta orang di seluruh dunia. Sebagian besar dari orang-orang yang terinfeksi HIV ini tinggal di negara-negara berkembang atau negara-negara miskin. Meskipun data-data statistik di atas terlihat cukup mengkhawatirkan, namun masih terdapat sedikit harapan ke depan untuk meng-eradikasi infeksi ini. Harapan tersebut adalah dengan ditemukannya vaksin untuk HIV. Vaksinasi HIV diyakini merupakan metode terbaik yang mungkin bisa dilakukan. Pada sisi lain, keterbatasan dana pengobatan tidak memungkinkan semua atau sebagian besar pasien dengan AIDS mendapatkan pengobatan yang paripurna. Hal ini terutama terjadi di negara-negara miskin dan berkembang.

HIV adalah sejenis retrovirus dari subfamily Lentivirus yang mengandung asam nukleat ssRNA. Selain itu, HIV juga terdiri dari kapsul yang berbentuk ikosahedral, mempunyai beberapa enzim (termasuk reverse transcriptase), dan amplop yang mengandung gilkoprotein gp 120, gp 41 dan gp 160. Secara genetik, HIV dapat dibagi menjadi tiga kategori genetik, yaitu gen struktural, gen regulator dan gen asesoris. Gen struktural mengandung gag, pol dan env. Gen regulator mengandung tat dan rev. sedangkan gen asesori mengandung nef, vpr, vpu dan vif.

Pada golongan primata, termasuk manusia, terdapat dua jenis sistem kekebalan, yaitu sistem kekebalan humoral dan sistem kekebalan cell mediated. Sistem kekebalan yang bekerja secara cell mediated bekerja menggunakan MHC-1 melalui CD8 (sel T sitotoksik). Antbodi tidak diprodukai melalui sistem kekebalan ini. Sistem kekebalan cell mediated juga berespon terhadap virus sasaran dan antigen-antigen intraselular lainnya. Sistem kekebalan humoral bekerja lewat MHC-2 melalui sel CD 4 ( sel T helper). Sistem kekebalan ini akan memproduksi antibodi dan secara umum juga akan mensasar antigen seperti jamur dan bakteri.

Ada banyak hambatan dalam usaha pengembangan vaksinasi untuk HIV. Hambatan pertama adalah virus HIV yang seringkali bermutasi pada antigen permukaan (gp 120). Hal ini akan menyebabkan terjadinya banyak strains HIV. Sedangkan sistem kekebalan tidak mampu mensasar semua strain yang ada. Keberagaman strain HIV-1 secara genetik juga akan menyebabkan kesalahan sistem kerja pada enzim reverse trancriptase. Hambatan yang kedua adalah kurangnya hewan-hewan percobaan yang bisa digunakan untuk mencoba efisiensi vaksin HIV-1. Simpanse dan baboon bisa terinfeki HIV. Namun kedua hewan ini termasuk hewan berbahaya dan akan mengakibatkan pengeluaran yang cukup mahal untuk kedua binatang ini (sekitar $60.000 dan $100.000 untuk masing-masing spesies tersebut. Namun karena simpanse dan baboon yang terinfeksi HIV tidak akan terkena AIDS, makin sulit untuk mengembangkan vaksin ini melalui uji coba klinis pada hewan-hewan mamalia.

Ada beberapa karakteristik untuk vaksinasi yang ideal. Karakteristik pertama adalah bahwa vaksin tersebut harus semurah mungkin. Hal ini akan memungkinkan bagi negara-negara berkembang untuk mengembangkan akses terhadap vaksinasi HIV. Karakteristik berikutnya adalah vaksin tersebut harus mempunyai respon yang cukup baik terhadap sistem kekebalan humoral dan cell mediated. Dan akhirnya vaksinasi tersebut haruslah sangat efektif terhadap berbagai jenis strain virus HIV. Ada lima jenis vaksin yang akan didiskusikan dalam tulisan ini, yaitu whole inactivated vaccines, live attenuated vaccines, live recombinant vector vaccines, subunit vaccines dan naked DNA vaccines.

 

Whole inactivated vaccines

Pertama kali vaksin jenis ini terlihat memberikan harapan yang cukup menggembirakan karena bisa melindungi mamalia golongan makaka terhadap infeksi SIV. Namun belakangan diketahui bahwa sistem kekebalan Makaka ternyata responsif terhadap xenoantigen, berbeda dengan manusia. Vaksin model ini tidak lagi direkomendasikan untuk digunakan kepada manusia karena adanya kegagalan pemberian pada golongan Simpanse dan karena faktor keamanan pemberiannya.

 

Live attenuated vaccines

Sebagian besar vaksin yang telah berhasil dikembangkan saat ini berasal dari golongan ini. Vaksinasi tipe ini akan melemahkan setiap patogen dan akan menurunkan daya serang benda asing tersebut ketika mereka mencoba untuk menginfeksi inang nya. Contoh dari vaksin model ini adalah vaksinasi MMR dan polio. Secara umum, virus mampu untuk menginfeksi sel dan akhirnya akan merusak sel inang tersebut yang pada akhirnya akan melemahkan sistem kekebalan. Prinsip tersebut digunakan oleh vaksin model ini dengan cara menghambat laju replikasi dengan cara mempengaruhi gen-gen yang bekerja untuk replikasi, misalnya gen nef. Vaksin model ini akan menstimulasi sistem kekebalan humoral dan sistem kekebalan cell mediated. Namun ada pertimbangan keamanan medis terhadap penggunaan vaksin ini, dikarenakan ada kemungkinan besar terjadinya mutasi pada virus dan justru akan berbalik menjadikan HIV menjadi strain yang lebih virulen.

Live recombinant vector vaccines

Vaksin ini terdiri dari sebuah vektor atau garis yang akan membawa gen-gen HIV yang berguna untuk memberikan kode kepada sel inangnya, misalnya gen env, gag atau pol. Vaksin ini akan menstimulasi sistem kekebalan humoral dan cell mediated. Sejumlah vektor yang ada berpotensi untuk membawa gen-gen adenovirus dan canarypox. Adanya gen adenovirus akan membuat vaksin ini menjadi mudah untuk dikonsumsi secara per oral atau lewat tablet gelatin. Faktanya, vaksin golongan ini telah mampu memberikan sistem kekebalan yang lebih lama pada golongan simpanse. Secara genetik, adenovirus tidak akan efektif digunakan sebagai induk vektor pada orang atau mamalia yang sudah pernah ter ekspose oleh adenovirus. Canarypox terlihat lebih menjanjikan harapan. Namun karena canarypox, misalnya avian poxvirus, tidak bereplikasi pada mamalia, akan muncul hambatan yang cukup besar untuk mengaplikasikan terhadap penggunaan vektor avipox.

Sub Unit vaccines

Vaksin model ini secara genetik akan mensintesa protein amplop seperti gp 120, gp 140 dan gp 160. Salah satu kekurangan model ini adalah bahwa dia hanya akan berespon terhadap sistem kekebalan humoral. Terdapat hambatan terhadap replikasi virus dengan antibodi invitro, namun hembatan ini hanya berlaku pada strain-strain tertentu saja. Simpanse yang telah diimunisasi dengan gp 160 menjadi terinfeksi oleh HIV 1 setelah pemaparan virus dalam tujuh minggu. Namun simpanse yang di imunisasi dengan gp 120 tidak menunjukan tanda-tanda adanya infeksi HIV. Sayangnya uji coba pada manusia mengalami kegagalan.

Naked DNA

Vaksin jenis ini dibuat dengan memasukkan plasmid dengan beberapa gen HIV ke dalam otot atau epidermis mamalia atau manusia. Vaksin model ini akan secara kuat mentrigger sistem kekebalan humoral. Vaksin model ini mungkin akan diperkuat dan diujicobakan dengan vaksin model subunit.

KESIMPULAN

Terdapat kemajuan yang cukup menggembirakan dalam pengembangan vaksin anti HIV. Riset-riset dan pengetahuan tentang pengembangan vaksinasi HIV telah turut membantu metode baru yang lebih efektif lagi dalam dekade terakhir ini. Dikarenakan banyaknya hambatan terhadap metode-metode klasik pengembangan vaksin, seperti metode attenuated atau inactivated virus, maka pendekatan-pendekatan baru yang lebih inovatif diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap masalah epidemi ini di kemudian hari. Beberapa metode inovatif, seperti subunit dan recombinant vector, terlihat cukup menjanjikan. Mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum pada akhirnya manusia dapat mengambil manfaat dari metode-metode baru ini.

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *