Methadone dan Kehamilan

“Apakah Methadone aman untuk bayi saya?” ini adalah pertanyaan akan selalu ditanyakan oleh ibu hamil yang sedang dalam program rumatan Methadone.

Ibu hamil yang sedang menjalani program rumatan methadone selama lebih dari 25 tahun terbukti tidak menunjukkan gangguan secara langsung terhadap cacat pada janin. Namun memang bayi yang dikandung akan memberikan beberapa efek samping sebagai efek dari terapi rumatan methadone tersebut. Efek yang paling sering muncul adalah ukuran lingkar kepala yang lebih kecil daripada ukuran rata-rata, berat bayi lahir rendah dan gejala-gejala putus obat. Sementara bayi tersebut lahir dengan kondisi tergantung pada methadone, maka bayi tersebut biasanya akan mengalami keterlambatan terhadap tumbuh kembang.

Methadone bukanlah satu-satunya substansi yang dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut. Mengkonsumsi rokok, penggunaan obat-obatan lainnya, perubahan biologis dan pola nutrisi juga akan berpengaruh terhadap kesehatan janin yang dikandung.

Hamil atau tidak, peserta program rumatan methadone akan mendapatkan manfaat dari program tersebut jika dan hanya jika ada keterjaminan stabilitas dalam pemberian dosis. Tidak ada dosis pasti pada tiap-tiap orang. Masing-masing individu memiliki dosis penyesuaian yang unik. Jika Anda merasakan gejala-gejala putus obat segera hubungi konselor atau dokter untuk melakukan penyesuaian dosis. Jika ibu hamil yang sedang menjalani terapi mengalami gejala-gejala putus obat, maka bayi yang dikandungnya juga akan mengalami hal yang sama. Hal ini akan dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan keguguran.

Secara sekilas bisa dipahami bahwa semakin tinggi dosis yang dikonsumsi oleh ibu, maka akan semakin berat gejala putus obat yang akan dialami oleh bayi.

Itulah mengapa, konselor atau dokter akan mendorong peserta program untuk selalu fokus pada kondisi tanpa gejala putus obat (sakauw) yang sesuai untuk dirinya sendiri dan tidak perlu memikirkan berapa jumlah dosis yang akan dia konsumsi. Pengurangan dosis terapi sangat tidak dianjurkan.

Beberapa ibu hamil menanyakan kemungkinan pengurangan dosis methadone selama proses kehamilan. Namun hal ini tidak pernah dianjurkan.

Secara medis, ibu hamil memang dapat dilakukan pengurangan dosis methadone dengan aman. Namun hal ini hanya bisa dilakukan pada pelayanan rumatan methadone yang menyediakan rawat inap. Dimana pada rawat inap tersebut akan dilakukan pemantauan secara ketat terhadap kondisi ibu dan janin. Hal ini untuk menghindari terjadinya gawat janin atau kondisi-kondisi yang dapat membahayakan kesehatan janin. Detoksikasi atau pengurangan dosis yang dilakukan sendiri amat sangat tidak dianjurkan. Karena hanya akan dapat menimbulkan gangguan dan memperbesar bahaya terhadap ibu dan bayi.

Jarang terjadi adanya peningkatan kebutuhan dosis selama kehamilan. Pada trimester ketiga, jumlah aliran darah yang mengalir di tubuh ibu hamil mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Karenanya, dosis methadone kemungkinan juga akan mengalami peningkatan. Ini merupakan respon alamiah untuk menjaga agar bayi yang dikandung tidak menimbulkan gejala-gejala sakauw atau putus obat. Beberapa fakta justru menunjukkan bahwa peningkatan dosis methadone selama kehamilan justru akan meningkatkan tumbuh kembang bayi dan menurunkan resiko kehamilan prematur. Namun hal yang paling utama bukanlah bertujuan untuk menaikkan dosis, namun hal yang paling penting adalah menjaga stabilitas dosis yang dikonsumsi.

Banyak orang yang menanyakan “Apakah konsumsi methadone selama kehamilan akan membuat bayi yang dilahirkan menjadi seorang pecandu ?”

Belum ada penelitian yang mengkaji efek jangka panjang pada bayi yang lahir dalam program rumatan methadone. Kecanduan pada seseorang merupakan sebuah permasalahan kompleks yang juga disebabkan oleh banyak hal. Akan sangat sulit untuk “menyalahkan” methadone sebagai penyebab kecanduan pada bayi, karena penyebab kecanduan sendiri sangat bervariatif, multipel dan kompleks. Memang telah diketahui bahwa ada gen yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu. Jadi walaupun dalam rumatan methadone atau pun tidak, jika orangtua dari bayi (ayah atau ibu) adalah pecandu, maka akan ada resiko kemungkinan pola adiksi pada anak yang dilahirkan atau memiliki permasalahan terkait penggunaan obat-obatan.

Selama kehamilan, klinik methadone akan menganjurkan untuk mengunjungi klinik antenatal paling tidak sebulan sekali untuk memastikan bahwa proses kehamilan berjalan dengan baik untuk ibu dan bayi yang sedang dikandung. Manfaatkanlah kesempatan tersebut untuk melakukan konsultasi mengenai semua aspek kehamilan dan semua hal yang dirasakan pada terapi methadone yang sedang dijalani. Inform consent mungkin akan diperlukan sehingga klinik methadone akan dapat melakukan rujukan dengan baik kepada klinik kesehatan ibu dan anak (Klinik KIA).

 

 

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *