Jawaban yang Tulus

Suatu ketika, saat sedang mengikuti tadarus di sebuah masjid di Bulan Ramadhan, saya iseng-iseng bertanya kepada Uztad yang sedang mengaji Al Quran dengan suara yang sangat merdu.
“Uztad, apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda tahu bahwa limabelas menit lagi dari sekarang Anda akan meninggal?”


“Saya akan melakukan ini,..” Jawabnya sambil kembali membaca Al Quran dan meneruskan mengaji dengan suara yang semakin merdu. Jawaban uztad tersebut membuat saya terpesona. Rupanya sang Uztad sudah menemukan jalan yang tepat untuk beribadah kepadaNya. Sehingga tidak peduli apapun yang akan terjadi dia akan bergerak terus lurus beribadah kepada Allah.

Ketika pertanyaan yang sama saya ajukan kepada anak saya Muizz yang baru berumur 4 tahun, jawabannya adalah “Aku akan beli banyak es krim, makan coklat yang banyak, beli chiki yang banyak dan beli mobil-mobilan yang banyaaaakk sekali,” sambil tersenyum penuh kemenangan.
Diantara dua jawaban tadi sesungguhnya saya lebih terpesona kepada jawaban anak saya Muizz.

Dengan prasangka buruk, saya berpikir bahwa jawaban Pak Uztad adalah sebuah jawaban normatif yang salah satu tujuannya untuk menyenangkan jemaahnya. Kebetulan dia tahu bahwa yang bertanya adalah saya, orang yang sangat butuh diedukasi masalah-masalah agama dengan usaha yang lebih banyak dibandingkan mengedukasi orang lain. Sehingga keluarlah jawaban normatif tadi yang salah satu tujuannya adalah untuk membuat saya semakin rajin membaca Al Quran, kalau bisa ditambahin dengan suara yang merdu. Jadi jawabannya bukan keluar secara murni dari sanubari sang Uztad.

Jawaban anak saya Muizz justru mempesona karena itu adalah jawaban yang sangat tulus. Jawaban dari orang yang tahu benar bagaimana cara menyenangkan dan membahagiakan diri sendiri.

Kira-kira apa jawaban Anda?

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *