Sebuah Catatan Perjalanan ke Tenggarong

Kemarin saya ditugaskan oleh kantor saya untuk melakukan supervisi di Samarinda Kaltim. Saya jadi teringat bahwa saya mempunyai seorang kakak sepupu yang tinggal di Tenggarong. Dalam perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda, setelah penerbangan dari Jakarta, saya telpon beliau. Ternyata ada di tempat dan mengundang saya untuk singgah ke tempatnya.

Akhirnya begitu acara di Samarinda selesai saya jalan ke Tenggarong. Subhanallah ternyata Tenggarong adalah kota kecil yang sangat indah. Tahu kerajaan Kutai kan yang sering disebut-sebut di buku pelajaran sejarah waktu SD dulu. Nah di Tenggarong inilah rupanya kerajaan itu berada. Banyak situs peningalan kerajaan yang masih terawat sampai sekarang. Bahkan keturunan Sultan nya pun masih hidup dan juga bergelar Sultan. Rumah kakak saya ini terletak di tengah kota, di depan “Rumah Besar”, sebuah bangunan adat khas Kutai yang juga merupakan salah satu bagian dari kerajaan.

Di tengah kota terdapat Sungai Mahakam yang sekaligus menjadi sumber penghidupan penduduk tenggarong. Saya lupa pada tahun berapa ada Pekan Olahraga Nasional yang diadakan di sana. Segera saja dibangun sebuah kompleks stadiun untuk menyambut perhelatan tersebut. Stadiun bolanya saja sama persis dengan stadiun bola di Capetown tempat pelaksanaa piala dunia lalu. Biaya pembangunan kompleks tersebut menelan biaya 1 Trilyun yang semuanya bersumber dari APBD. Menakjubkan bukan? Karena keseluruhan APBD Tenggarong untuk satu tahun sebesar 5 Trilyun. Coba bandingkan dengan APBD Kabupaten Karawang yang notabene kota industri dan hanya memiliki 1 Trilyun saja.

Mengubungkan antara dua sisi kota, terdapat sebuah jembatan yang sangat megah. Kalau kita jalan ke atas bukit dan memfoto seluruh kota Tenggarong dengan jembatannya hampir sama dengan memfoto kota San Fransisco. Dengan jumlah penduduk sekitar 500ribu jiwa, kota ini sangat nyaman untuk ditinggali.

Kakak saya bilang bahwa dia sebenarnya sudah sangat betah tinggal di Tenggarong. Sebagai ketua pengadilan negeri, dia adalah pejabat terlama yang tinggal di sana. Dia merasakan masa jabatan mulai dari bupati Syaukani, sampai masuk penjara. Kemudian masa quo selama 3 tahun. Dan juga sekarang sampai bupatinya dipegang oleh anaknya Syaukani, Bu Rita yang dulu sempat heboh dengan video mesum Bandung tanpa judulnya. Sorry bu, soalnya hanya itu yang terlintas di pikiran saya.

Saking kayanya kota Tenggarong, kakak saya ini sampai diberikan dua mobil dinas. Satu kijang Innova dan satu Honda CRV. Mobil yang terakhir ini dia sempat menolak untuk menerima beberapa kali. Karena memang kakak saya ini hanya tinggal berdua saja dengan istrinya. Istrinya pun tidak bisa nyetir. Anak-anaknya juga tinggal di Magelang untuk kepentingan sekolah. Jadi praktis mereka hanya perlu satu mobil saja. Namun tiba-tiba setelah menghadiri sebuah acara di kantornya, kakak saya ini dicegat oleh petugas urusan rumah tangga dengan mobil CRV itu dan langsung menyelipkan kunci di saku celananya.

Kunjungan saya ke Tenggarong ini sekali lagi membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat indah dan kaya raya. Tinggal bagaimana kita mampu atau tidak mengelola dengan baik segala macam sumber daya yang telah diberikan Sang Pencipta. Jangan takut atau minder dengan Malaysia yang jauh lebih rendah daripada Indonesia.

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *