Tragedi Senin Pagi

Seperti biasa hari Senin pagi itu saya berangkat dari Bandung menuju Jakarta. Rute yang yang dilewati juga rute yang biasa. Cuaca yang memayungi juga biasa saja. Lalu lalang kendaraan yang mengajak berebutan saling susul menyusul pun juga biasa saja. Namun ada yang tidak biasa saat mendekati KM 42 (sekitar Cikarang). Mendadak lalu lintas terhenti dan tidak bergerak. Kemudian secara terburu-buru datang sebuah ambulans yang menyodok dari belakang. Saya pikir pasti ada kecelakaan. Ternyata benar, tepat di KM 42 ada sebuah truk yang melintang menabrak pembatas jalan. Hebatnya, pembatas jalan itu tidak bergeming. Justru bagian depan truk yang penyok, mendorong pengemudi terhimpit di belakang kemudi. Pengemudi truk yang malang itu tidak bisa bergerak. Namun masih sadar sambil meringis menahan sakit. Sebuah kendaraan berat datang dari dua arah. Menarik bagian depan dan belakang truk  untuk melepaskan himpitan yang dialami pengemudi. Setelah himpitan terlepas, Astaghfirullah,…. Ternyata saya dengan mata saya sendiri melihat bahwa kaki dari pengemudi malang itu sudah terpotong. Ya terpotong. Sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya genangan darah dan serabut-serabut otot dan tulang tibia yang menjulur keluar dari ujung paha pengemudi malang itu. Saat itu saya sedang memotret kejadian itu dengan sebuah lensa zoom yang cukup untuk mengamadikan seluruh proses evakuasi dengan jelas. Namun saya tidak akan tampilkan gambar serpihan-serpihan kaki dari pengemudi karena merupakan pemandangan yang sangat tidak nyaman.

Perkiraan saya, pengemudi itu berumur sekitar 40 tahunan. Saya yakin juga beliau memiliki keluarga yang menanti di rumah. Barangkali ada istri dan anak-anak yang mungkin saja masih sekolah. Pengemudi itu bekerja untukmenghidupi keluarganya. Namun kaki yang merupakan sarana mencari nafkah untuk keluarga ternyata telah hilang dalam kecelakan lalu lintas. Mungkin saja kecelakaan itu disebabkan karena kelalaian dirinya sendiri. Mungkin saja beliau mengantuk, karena kejadiannya terjadi di pagi hari. Mungkin saja beliau tidak tidur semalaman untuk mengejar deadline pekerjaannya. Namun semuanya sudah terjadi. Kaki yang merupakan sarana mencari nafkah sudah hilang. Sepertinya tidak mungkin untung disambung lagi. Terlepas dari apapun segala penyebab dari kecelakaan itu, saya melihat bahwa sang pengemudi truk ini adalah pahlawan. Minimal pahlawan bagi keluarganya. Sudah pasti beliau akan mengalami fase-fase sulit pasca kejadian itu. Ada fase-fase penolakan psikologis dari dirinya sendiri yang mungkin akan terjadi selama beberapa bulan. Kemungkinan juga ada fase-fase penolakan secara sosial dari lingkungan sosial nya. Paling repot jika istri atau anak-anaknya akhirnya meninggalkannya karena ketidak mampuannya untuk menafkahi mereka. Dan itu banyak terjadi.  Semoga tidak terjadi demikian kepada bapak pengemudi ini.

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *