Nakalnya Anak-Anak Negeri

Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Amat sangat kaya. Hamparan tanah hijau membentang dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya tumbuhan hijau yang menghiasi jamrud khatulistiwa ini. Di dalam perut bumi juga terkandung berbagai macam sumber daya mineral dan pertambangan yang luar biasa nilainya. Di dua pertiga wilayah yang terdiri dari air, juga terdapat banyak sekali kekayaan yang sebagian besar masih belum ter eksplor dengan baik. Dengan jumlah penduduknya yang lebih dari 240 juta, masih sangat mudah bagi ibu pertiwi untuk memberi makan seluruh rakyat Indonesia. Sangat beruntung bagi yang tinggal di jamrud hijau ini. Tinggal disini dijamin tidak akan kelaparan. Begitulah janji ibu pertiwi kepada anak negeri.

Namun apa lacur. Kekayaan yang dijanjikan oleh ibu pertiwi tidak dapat dinikmati oleh seluruh anak negeri. Meskipun angka kemiskinan berada pada kisaran 10-15 persen, tapi cukup banyak rakyat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti janji yang sudah diberikan, seluruh anak negeri akan mendapatkan penghidupan yang layak di negeri ini. Janji tersebut diamanatkan melalui para pemimpin negeri ini. Bicara pemimpin berarti bukan saja pemimpin tertingi negeri, yaitu presiden, yang selalu menjadi tumpahan kekesalan anak negeri apabila ada kendala apapun. Tetapi bicara pemimpin, adalah semua pemimpin di semua tingkatan. Sangat lucu melihat pak lurah yang marah-marah menyaksikan berita TV mengenai gayus padahal pak lurahnya sendiri masih sering menarik pungli dari pembuatan KTP. Dengan dalih nilai nominal nya kecil, tidak sebanding dengan kasus gayus, tapi tetap saja namanya korupsi.

Bukti bahwa kekayaan negeri ini amat sangat berlimpah adalah, tetap banyaknya uang di negeri ini dan tetap banyaknya kekayaan ibu pertiwi walaupun digerogoti oleh anak-anaklnya yang nakal di semua lini dan semua tingkatan. Saya tidak akan menyebut kata korupsi. Karena sepertinya orang sudah sangat mahfum dan maklum dengan kata korupsi. Seharusnya begitu mendengar kata korupsi, orang langsung menjauh dan bahkan bisa muntah. Sama seperti seorang muslim yang mendengar kata babi. Mendekatipun tidak akan mau.
Lebih baik kita ganti terminologi korupsi dengan terminologi “nakalnya anak-anak negeri”. Semakin banyak anak negeri yang nakal seharusnya semakin meranalah ibu pertiwi. Namun ternyata Sang Ibu masih mampu menghidupi anak-anaknya yang nakal, yang tidak nakal, dan yang tidak cukup beruntung untuk berbuat nakal. Jumlah anggaran belanja negara baik yang berada di pusat maupun daerah dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Jumlah gelaran dan hajat-hajat besar seperti pemlu atau pemilukada yang tentunya memakan uang ibu pertiwi yang sangat banyak tetap tidak membuat sang ibu bangkrut. Ibu tetap tersenyum seraya berkata “bermainlah sepuasnya di pangkuan ku Nak. Meskipun nakal kau tetaplah anakku.”

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *