Pada 21 Januari 2025, dalam pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Direktur Eksekutif UNAIDS, Winnie Byanyima, menyampaikan pesan penting tentang peluang emas yang dimiliki dunia untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan global.
Berikut adalah ringkasan utama dari pidatonya, yang merujuk pada dokumen “A Shot at Ending AIDS”, yang menyoroti peran obat long-acting dalam revolusi pencegahan dan pengobatan HIV. Dokumen ini juga dapat diunduh pada link berikut.
Terobosan Baru: Obat Long-Acting Bisa Mengubah Segalanya
Sejak pertama kali muncul pada 1980-an, HIV telah merenggut lebih dari 42 juta nyawa. Kemajuan besar memang telah dicapai, tetapi angka infeksi baru masih tinggi—1,3 juta orang tertular HIV pada 2023, jauh di atas target global 370.000 infeksi baru pada 2025.
Namun, harapan baru muncul dengan adanya obat long-acting yang hanya perlu disuntikkan beberapa kali dalam setahun. Obat ini tidak hanya menawarkan cara lebih efektif dalam pencegahan HIV tetapi juga bisa menjadi solusi pengobatan yang lebih mudah diakses dan diterima masyarakat.
Obat Long-Acting: Praktis, Efektif, dan Revolusioner
Saat ini, metode pencegahan HIV seperti PrEP oral (pil harian) masih memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan, kepatuhan, dan stigma. Dengan hadirnya obat long-acting, ada beberapa opsi baru yang lebih praktis:
✅ Lenacapavir – suntikan setiap 6 bulan (dikembangkan oleh Gilead)
✅ Cabotegravir – suntikan setiap 2 bulan (dikembangkan oleh ViiV)
✅ Cincin vagina bulanan – alternatif bagi perempuan dalam pencegahan HIV
Studi menunjukkan bahwa obat long-acting ini memiliki efektivitas lebih dari 95% dalam mencegah HIV—bahkan lebih tinggi dibandingkan PrEP oral. Jika dapat diakses oleh semua yang membutuhkan, ini bisa menjadi game-changer dalam perang melawan HIV.
Siapa yang Akan Paling Diuntungkan?
Banyak kelompok yang menghadapi tantangan dalam menggunakan metode pencegahan HIV yang ada. Obat long-acting bisa menjadi solusi bagi:
🔹 Perempuan muda yang sulit menegosiasikan penggunaan kondom
🔹 Komunitas LGBTQ+ di negara yang masih mengkriminalisasi orientasi seksual mereka
🔹 Pekerja seks yang menghadapi stigma dan risiko kriminalisasi
🔹 Pekerja migran dan orang dengan mobilitas tinggi
Dengan hanya dua suntikan per tahun, obat ini bisa memberikan privasi, kenyamanan, dan efektivitas tinggi, sehingga lebih mudah diterima dan digunakan.
Tantangan Terbesar: Harga dan Ketersediaan
Meskipun obat long-acting memiliki potensi besar, aksesibilitasnya masih menjadi kendala utama.
💰 Harga lenacapavir di AS: $40.000 per orang per tahun—harga yang jelas tidak terjangkau bagi sebagian besar populasi dunia.
💰 Produksi generik: Bisa mencapai $40 per orang per tahun, tetapi lisensi generik masih terbatas.
Lebih buruk lagi, beberapa negara berkembang yang bahkan berpartisipasi dalam uji klinis obat ini—seperti Brasil, Peru, Meksiko, dan Argentina—tidak termasuk dalam kesepakatan lisensi generik Gilead. Ini menunjukkan kesenjangan akses yang masih perlu diatasi.
Seruan Global untuk Bertindak
Dalam pidatonya di Davos, Winnie Byanyima menekankan bahwa dunia tidak boleh mengulang kesalahan masa lalu, di mana akses ke obat HIV tertunda selama bertahun-tahun bagi negara-negara berkembang, mengakibatkan jutaan kematian yang bisa dicegah.
UNAIDS menyerukan aksi cepat kepada:
✔️ Perusahaan farmasi → Turunkan harga dan perluas lisensi generik.
✔️ Negara berkembang → Ambil langkah agresif untuk mengamankan akses.
✔️ Negara maju → Dukung pendanaan dan distribusi agar obat ini tersedia untuk semua.
✔️ Organisasi internasional (Global Fund, PEPFAR, WHO) → Percepat adopsi dan implementasi global.
✔️ Masyarakat sipil → Terus mengadvokasi akses universal ke obat ini.
Jika dunia bisa bertindak secepat saat merespons pandemi COVID-19, maka kita punya peluang nyata untuk mengakhiri AIDS.
Kesimpulan: Ini Adalah Kesempatan Sekali Seumur Hidup
Sejarah membuktikan bahwa keterlambatan dalam distribusi obat HIV berdampak fatal. Kali ini, kita harus belajar dari masa lalu dan bertindak lebih cepat.
Winnie Byanyima menutup pidatonya dengan pernyataan kuat:
“Science has delivered a miracle: medicines that prevent HIV infection with injections just twice a year and which could work for treatment too. We must do better this time.”
Dunia memiliki peluang emas untuk mengakhiri epidemi HIV dan AIDS—dan kita tidak boleh menyia-nyiakannya. 🌍🚀