Kondom dan Pekerja Seks

A woman knows the face of the man she loves as a sailor knows the open sea
(Honore de Balzac)

Ada yang tahu apa saja yang terjadi dalam sebuah proses hubungan seksual ?

Hubungan seksual dimaknai sebagai sebuah proses yang mempunyai dua tujuan pokok, yaitu rekreasi dan prokreasi. Bisa salah satu atau keduanya. Proses prokreasi tidak akan saya bahas kali ini, karena proses ini akan banyak dibahas dalam kajian kesehatan reproduksi. Kali ini kita akan coba bahas apa saja yang terjadi dalam sebuah proses rekreasi.

Tahukah anda bahwa ketika berhubungan seks, denyut jantung manusia bisa meningkat sampai tiga kali lipat ? Saya yakin tidak pernah ada yang menghitung denyut nadi sendiri pada saat itu. Buat yang mengitung pun saya hanya akan bilang “kurang kerjaan amat sih”. Denyut nadi ini asalnya dari denyutan jantung. Artinya kerja otot jantung akan meningkat. Kerja jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh manusia. Sedangkan barang yang dipompa adalah darah. Darah sendiri terdiri dari komponen darah merah (eritrosit), darah putih (leukosit) dan komponan platelet (trombosit) yang berguna dalam proses pembekuan. Komponen darah merah fungsinya adalah membawa oksigen. Dengan semakin lancarnya aliran darah merah ke seluruh tubuh, semakin lancar pula distribusi oksigen di seluruh tubuh.

Mungkin ada yang pernah menginap di Puncak atau Kopeng ? Di sana hawanya masih segar. Kandungan oksigennya pun masih relatih murni. Jika kita melewatkan satu malam saja disana, ketika bangun tidur dijamin tubuh kta akan terasa lebih segar. Tapi nggak usah jauh-jauh datang ke puncak. Kita bisa mengusahakan sendiri di rumah. Lebih murah meriah kan kalo begitu. Dalam setiap aktifitas seks yang sehat, tentu saja akan membawa manfaat kesehatan yang luar biasa. Dengan terdistribusinya oksigen melalui sel darah merah dengan baik, maka proses pembentukan sel-sel baru juga akan lebih baik lagi. Tubuh menajdi lebih fresh dan otak menajdi lebih segar.

Secara harafiah, satu periode hubungan seksual terdiri dari empat fase. Fase tersebut adalah fase eksitasi, fase plateu, fase orgasmic dan diakhiri dengan fase resolusi. Apa sajakah yang terjadi pada fase orgasmic ? Fase ini merupakan sebuah fase yang paling dinantikan oleh setiap pelaku hubungan seksual. Secara umum setiap pria yang tidak mempunyai gangguan fungsi seksual pasti akan mengalami apa yang disebut dengan fase orgasmic ini. Namun belum tentu setiap wanita yang juga tidak mengalami gangguan fungsi seksual akan mengalami hal yang sama. Hanya sekitar 2% perempuan yang mengaku mengalami fase orgasmic dalam setiap aktifitas seksualnya. Sisanya kadang orgasme kadang tidak. Fakta yang paling mengejutkan lagi, hampir sebanyak 95% perempuan pasti pernah melakukan fake orgasmic. Artinya memalsukan orgasme. Jadi dia akan berlaku seolah-olah dia mengalami kepuasan seksual. Motivasi melakukan inipun bermacam-macam. Mungkin akan dibahas lain waktu. Karena pembahasannya akan lebih panjang lagi. Survei di atas dilaukan terhadap perempuan yang mempunyai partner seks yang tetap. Survei tidak dilakukan terhadap wanita pekerja seks, karena meskipun mereka aktif melakukan hubungan seksual namun tidak mempunyai pasangan seks yang tetap.

Bayangkan saja, pada wanita dengan pasangan tetap saja tidak selalu terjadi orgasme. Apalagi dengan pekerja seks yang notabene baru 5 menit mengenal pasangannya dan kemudian melakukan hubungan seksual. Iseng-iseng saya pernah melakukan survey kecil-kecilan terhadap wanita pekerja seks. Setiap wanita pekerja seks yang dating memeriksakan diri ke klinik pasti saya tanyakan tentang aktifitas seksnya. Saya tanyakan apakah mereka mendapatkan kepuasan seksual ketika sedang melayani tamunya ? Jawabannya sudah bisa ditebak. Semua wanita penjaja seks mengaku sangat jarang mendapatkan kepuasan seksual dari tamu. Kalaupun ada mungkin hanya sekali atau dua kali saja mereka orgasme dengan tamu. Tapi bukan berarti mereka tidak pernah orgasme. Mereka mengaku sering mendapatkan orgasme jika berhubungan seksual dengan pacar atau suaminya. Maksudnya disini adalah pasangan seksual yang sudah lama dia kenal. Lebih dalam lagi ada faktor cinta disini. Jika perempuan tidak cinta, mustahil dia akan mendapatkan orgasme.

Pada sebuah fase orgasme terjadi beberapa aktifitas involunter yang merupakan respon tubuh manusia terhadap rangsangan-rangsangan. Respon tersebut salah satunya adalah dengan dikeluarkannya lubrikan alamiah berupa sekret kelenjar di sekitar organ reproduksi. Sekret ini biasanya mucus yang fungsinya melindungi mukosa dari setiap lecet dan gesekan atau jejas. Jika tidak ada mucus, maka mukosa epitel organ reproduksi bisa dipastikan akan terjadi jejas. Apa yang terjadi jika kemudian kita mengkampanyekan pemakaian kondom pada pekerja seks. Kondom pada umumnya terdiri dari bahan latex atau polyurethane yang sifatnya sangat rigid. Elastisitasnya tidak akan sama dengan kulit atau mukosa manusia. Faktor inilah yang lagi-lagi akan meningkatkan kerentanan mukosa organ reproduksi perempuan untuk terjadinya lecet. Sementara kita tahu bahwa dengan adanya perlecetan tersebut, virus HIV atau bakteri penyebab infeksi menular seksual akan lebih cepat ditransmisikan melalui jejas.

Kemudian jadi kepikiran. Jangan-jangan nih, kita selama ini mengkampanyekan pemakaian kondom pada pekerja seks namun ternyata kita justru mendorong HIV dan IMS menjadi mudah ditularkan. Yang tadinya sulit ditularkan menjadi mudah karena dengan program ini justru kita menimbulan banyak jejas pada organ reproduksi. Cara supaya HIV dan IMS tidak mudah ditularkan adalah tetap dengan menggunakan kondom 100%. Hal ini diartikan dengan memakai kondom pada setiap aktifitas seksual. Tapi apakah mungkin ? Di lokalisasi, konsumsi alkohol turut mendominasi selain transaksi seksual. Banyak transaksi seksual yang diiringi dengan konsumsi alkohol. Pada saat mengkonsumsi alkohol kesadaran manusia pun akan menurun. Ketika kesadaran menurun, akal sehat sudah tidak jalan lagi. Mungkin dia tahu bahwa kondom itu harus dipakai, tapi kalau dalam keadaan mabuk pastilah tidak akan memakai kondom. Sebuah survei juga mengatakan bahwa sekitar 90% wanita pekerja seks mengetahui bahwa kondom dapat mencegah dari tertularnya HIV dan IMS. Namun sekali lagi faktor kondom saja tidak cukup.

Saya menyarankan agar kita tidak hanya melakukan kampanye pemakaian kondom, namun yang lebih penting lagi adalah kita melakukan kampenya penyediaan lubrikan sintetis. Kecuali memang sudah bisa dijamin bahwa setiap pekerja seks akan memakai kondom dalam setiap aktifitas seksualnya.

Apakah Anda bisa menjamin ?

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *