Mengapa Kamu Sholat?

Ketika makna sholat hanya diterjemahkan sebatas gerakan-gerakan ritual. Ketika puasa hanya menjadi sarana barometer tingkat keimanan untuk ditunjukkan kepada kerabat. Ketika amalan-amalan zakat, infaq dan shodaqoh hanya menjadi alat ukur sukses tidaknya seseorang. Mau dibawa kemana eksistensi makna hakiki persembahan manusia kepada penciptanya? Apakah Dia memang benar-benar butuh untuk dipuja dan disembah? Apakah selama ini Dia terlalu baik kepada kita atau kita yang terlalu “nakal” kepadaNya?


Apa sebenarnya yang kalian cari di sini? Apakah eksistensi pengakuan dari Nya bisa didapatkan di sini? Bagaimana kalian mengukur batasan-batasan diterima tidaknya sholat, puasa, zakat, infaq dan shodaqoh kalian?

Di luar sana seorang habib sedang memberikan tausiah kepada umatnya. Ribuan orang menyemut di depan podium Sang Habib. Dengan gaya orator sejati, Sang Habib memulai tausiah nya dengan berteriak-teriak lantang. Satu persatu elemen masyarakat dihujat. Sementara hanya sekitar 500 meter dari podium, seorang Cina totok sedang memberikan santapan malam yang sederhana kepada seorang gelandangan yang lewat di depan rumahnya.

Belajar agama adalah sebuah kewajiban bagi setiap umat muslim. Mengetahui hakekat ibadah juga merupakan akar percabangan dari kewajiban belajar agama. Untuk dapat melaksanakan sholat dengan khusyu’ ternyata perlu pemahaman tingkat tinggi terhadap makna yang terkandung dalam gerakan dan bacaan sholat. Seorang guru agama dahulu pernah berujar kepada saya “Gus, jangan kau tanya lagi mengapa sholat itu harus begini harus begitu. Pokok kau sholat sajalah secara teratur.” Semenjak saat itu saya tidak pernah menanyakan arti dari gerakan-gerakan sholat. Dan seperti robot, saya melakukan itu secara teratur, persis seperti wejangan guru agama. Namun hati kecil saya berontak. Toh tidak terjadi apa-apa kalau tidak sholat barang sekali. Lama-lama berpikir, mungkin juga tidak akan terjadi apa-apa kalau tidak sholat sama sekali. Cina totok yang sedang memberi makan gelandangan tadi sudah bisa dipastikan tidak pernah sholat. Sang Habib yang sedang berorasi dengan lantang pasti tidak pernah lupa sholat lima waktu. Bahkan mungkin ditambah sholat-sholat sunnah yang lain.

Sudah pasti Dia tidak butuh hambaNya menyembahNya dengan gaya robot. Boss saya bilang “jangan BAU dong, business as ussual.” Padahal sedari kecil pertanyaan saya kepada guru agama tadi adalah seputar pemaknaan gerakan dan bacaan sholat. Setelah pencarian bertahun-tahun saya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa DIA TIDAK BUTUH DISEMBAH.

Apakah Anda menyukai artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *