Flu atau Pilek Biasa? Kenali Bedanya Sebelum Terlambat

Flu atau Pilek Biasa? Kenali Bedanya Sebelum Terlambat

Pagi itu, Pak Darto bangun dengan kepala berat dan hidung yang mampet. Ia merasa tubuhnya lemas, tenggorokannya gatal, dan hidung terus berair. Ia mengira itu hanya pilek biasa, mungkin karena semalam tertidur di ruang tamu yang pintunya terbuka. Ia lalu membuat teh panas, minum obat warung yang biasa ia simpan di dapur, lalu tetap pergi bekerja seperti biasa. Namun siang harinya, ia merasa semakin tidak enak badan. Badannya mulai panas dingin, sendi-sendi terasa nyeri, dan muncul batuk kering yang mengganggu. Saat itu, ia mulai bertanya-tanya: ini pilek biasa, atau sudah masuk kategori flu?

Pertanyaan seperti itu sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang menggunakan istilah flu dan pilek secara bergantian, seolah keduanya sama. Padahal dalam dunia medis, flu dan pilek adalah dua hal yang berbeda. Gejalanya bisa mirip, tapi penyebab, tingkat keparahan, dan potensi komplikasinya tidak sama. Kesalahan dalam memahami perbedaannya bisa menyebabkan keterlambatan penanganan atau penggunaan obat yang tidak tepat.

Pilek biasa, atau dikenal dengan istilah medis sebagai common cold, umumnya disebabkan oleh virus rhinovirus. Penyakit ini tergolong ringan dan sering sembuh sendiri dalam beberapa hari tanpa pengobatan khusus. Gejala pilek biasanya muncul secara perlahan, dimulai dari tenggorokan yang tidak nyaman, hidung tersumbat atau berair, dan mungkin disertai batuk ringan. Pilek jarang disertai demam tinggi. Kalau pun ada, suhunya tidak terlalu tinggi dan hanya berlangsung singkat. Pada anak-anak, demam ringan bisa muncul, tetapi tetap tidak separah flu.

Sementara itu, flu atau influenza disebabkan oleh virus influenza yang tergolong lebih agresif. Flu biasanya datang tiba-tiba, dengan gejala yang lebih berat. Tubuh mendadak demam tinggi, bisa mencapai 39 derajat Celsius atau lebih. Otot terasa nyeri, kepala berat, badan lemas, batuk kering parah, dan sering kali disertai menggigil. Flu bisa membuat seseorang benar-benar terkapar di tempat tidur selama beberapa hari. Pada sebagian orang, terutama lansia, ibu hamil, atau mereka yang memiliki penyakit kronis, flu dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti pneumonia, bronkitis, atau bahkan gagal napas.

Itulah mengapa mengenali perbedaannya menjadi penting. Pilek biasa bisa ditangani dengan istirahat cukup, minum banyak cairan, dan obat simptomatik seperti pereda nyeri atau dekongestan. Sedangkan flu mungkin membutuhkan perawatan lebih intensif, termasuk pemantauan suhu tubuh, istirahat total, dan dalam kasus tertentu, pemberian antivirus yang hanya efektif jika diberikan dalam 48 jam pertama sejak gejala muncul. Sayangnya, banyak orang yang menganggap remeh flu karena mengira itu hanya pilek berat.

Bu Sari, tetangga Pak Darto, pernah mengalami hal yang mirip. Ia merasa tidak enak badan dan batuk selama tiga hari. Ia mengira itu pilek, lalu mengobatinya dengan ramuan tradisional dan istirahat di rumah. Namun hari keempat, sesak napas mulai muncul. Setelah dibawa ke rumah sakit, ia didiagnosis pneumonia akibat komplikasi influenza. Dokter menjelaskan bahwa tubuhnya memang memiliki riwayat asma, dan infeksi flu memperburuk kondisinya. Jika ia datang lebih awal, mungkin komplikasinya bisa dicegah.

Kapan sebaiknya seseorang mulai waspada dan memutuskan untuk pergi ke dokter? Jika gejala demam tinggi tidak turun dalam tiga hari, atau disertai batuk berat, nyeri dada, sesak napas, lemas berlebihan, atau kebingungan, maka sebaiknya segera mencari pertolongan medis. Anak kecil, lansia, ibu hamil, serta penderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan paru-paru adalah kelompok yang harus lebih waspada sejak awal. Bagi mereka, infeksi saluran pernapasan sekilas ringan bisa menjadi pemicu kondisi yang lebih serius.

Di masa pandemi COVID-19, perbedaan antara pilek, flu, dan infeksi virus corona menjadi lebih rumit. Ketiganya memiliki gejala tumpang tindih seperti batuk, demam, dan kelelahan. Namun COVID-19 sering kali disertai gejala spesifik seperti hilangnya penciuman atau perasa, serta gangguan pernapasan yang memburuk dalam beberapa hari. Karena itu, pemeriksaan laboratorium menjadi penting untuk membedakan penyebab sebenarnya, terutama jika ada riwayat kontak dengan orang yang positif atau perjalanan ke daerah risiko tinggi.

Dalam situasi saat ini, masyarakat diimbau untuk lebih mengenal gejala tubuhnya dan tidak menunda pemeriksaan. Banyak fasilitas kesehatan kini menyediakan layanan telemedicine, konsultasi daring, atau rapid test yang bisa diakses dengan mudah. Deteksi dini membantu mempercepat pemulihan dan mencegah penyebaran penyakit, terutama jika penyebabnya adalah virus yang menular antarmanusia.

Selain mengenali perbedaan flu dan pilek, pencegahan juga penting. Menjaga daya tahan tubuh melalui tidur cukup, makan bergizi, olahraga ringan, dan menjaga kebersihan tangan bisa membantu mencegah infeksi saluran pernapasan. Vaksin influenza juga tersedia setiap tahun, dan direkomendasikan terutama untuk kelompok berisiko tinggi. Banyak yang menganggap flu tidak perlu divaksin karena dianggap sepele, padahal di berbagai negara maju, vaksin flu menjadi bagian dari program kesehatan rutin tahunan, karena terbukti menurunkan angka rawat inap dan kematian akibat komplikasi flu.

Pak Darto akhirnya memutuskan pergi ke klinik setelah gejalanya tidak membaik di hari ketiga. Ia didiagnosis influenza ringan, diberi obat penurun panas, dan diminta istirahat total selama beberapa hari. Ia juga diingatkan untuk memakai masker agar tidak menulari keluarganya. Ia bersyukur karena datang tidak terlambat. Kini, ia lebih berhati-hati setiap kali tubuhnya menunjukkan gejala tak biasa. Ia pun mulai rutin mencuci tangan, tidak asal minum obat warung, dan berencana mengambil vaksin flu di musim berikutnya.

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, kita sering menyepelekan sinyal dari tubuh. Merasa tidak enak badan dianggap biasa, dan kita terus memaksakan diri untuk tetap beraktivitas. Padahal tubuh sedang meminta perhatian. Flu dan pilek memang sama-sama disebabkan oleh virus, tapi dampaknya bisa sangat berbeda. Mengenali perbedaan itu, dan tahu kapan harus ke dokter, bukan hanya menyelamatkan diri sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar kita. Karena kadang, satu hari lebih cepat memeriksa bisa berarti mencegah seminggu sakit yang lebih parah.


Discover more from drBagus.com

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply