Banyak orang percaya bahwa selama tidak makan berlebihan, berat badan akan tetap stabil. Namun, ada satu kebiasaan yang sering luput dari perhatian dan diam-diam bisa membuat tubuh menyimpan lebih banyak lemak: begadang. Dalam dunia yang serba cepat ini, tidur larut malam sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Entah karena pekerjaan, media sosial, atau tontonan yang tak ada habisnya, waktu tidur pun makin tergerus. Tapi tahukah Anda, bahwa kurang tidur ternyata bisa mengacaukan sistem pengatur nafsu makan dalam tubuh kita?
Dalam tubuh, ada dua hormon penting yang bertanggung jawab mengatur rasa lapar dan kenyang: ghrelin dan leptin. Ghrelin diproduksi di lambung dan memberi sinyal pada otak saat kita lapar. Sebaliknya, leptin diproduksi oleh sel-sel lemak dan memberi tahu otak saat kita kenyang. Ketika seseorang kurang tidur, kadar ghrelin cenderung meningkat sementara leptin menurun. Akibatnya, kita merasa lapar terus dan sulit merasa cukup meskipun sudah makan. Studi dalam jurnal PLOS Medicine menunjukkan bahwa mereka yang tidur kurang dari lima jam per malam memiliki ketidakseimbangan hormon ini, yang menyebabkan peningkatan selera makan, terutama terhadap makanan tinggi kalori dan lemak.
Kurang tidur juga berdampak pada metabolisme. Tubuh yang tidak cukup istirahat cenderung mengalami resistensi insulin, yang membuat proses pengolahan glukosa terganggu. Dalam jangka panjang, ini bisa meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Penelitian dari American Journal of Clinical Nutrition bahkan menunjukkan bahwa kurang tidur membuat tubuh membakar kalori lebih sedikit, dan dalam kondisi kelelahan, tubuh cenderung menyimpan energi dalam bentuk lemak.
Rina, seorang karyawan agensi berusia 32 tahun, mengalami hal ini secara langsung. Ia mengaku berat badannya naik hampir enam kilogram dalam setahun, padahal ia hanya makan dua kali sehari. Namun setelah berkonsultasi dengan dokter gizi, penyebabnya terungkap: pola tidur yang kacau. Ia sering tidur lewat tengah malam bahkan hingga jam tiga pagi. Setelah mulai tidur lebih awal dan mengurangi waktu di depan layar sebelum tidur, perlahan berat badannya turun. Ia pun merasa tubuhnya lebih ringan dan pikirannya lebih jernih di pagi hari.
Dampak begadang memang tidak langsung terasa, tapi akumulatif. Semakin sering kita kurang tidur, semakin besar kecenderungan tubuh untuk makan lebih banyak dan menyimpan lemak lebih efisien. Pola ini diperburuk dengan kecenderungan memilih makanan manis atau berlemak saat sedang mengantuk atau lelah. Dalam kondisi tersebut, tubuh mencari sumber energi cepat, dan otak mengarahkan kita pada pilihan yang tinggi kalori.
Tidur bukan hanya soal istirahat, tapi juga bagian dari sistem kendali tubuh terhadap berat badan. Banyak orang berpikir menurunkan berat badan hanya soal mengatur makan dan berolahraga. Padahal, tidur yang cukup bisa menjadi langkah pertama yang efektif dan sering kali lebih mudah dilakukan. Memang tidak semua orang bisa tidur delapan jam penuh setiap malam. Tapi menjaga konsistensi waktu tidur, menghindari paparan cahaya layar sebelum tidur, serta menciptakan suasana kamar yang nyaman, bisa membantu memperbaiki kualitas tidur secara bertahap.
Jadi, jika Anda merasa sudah menjaga pola makan dan berolahraga tapi berat badan tetap naik, mungkin jawabannya bukan pada piring makan Anda, melainkan pada jam tidur Anda. Dalam banyak hal, tidur yang cukup bisa jadi kunci untuk tubuh yang lebih sehat dan pikiran yang lebih segar.
Discover more from drBagus.com
Subscribe to get the latest posts sent to your email.