Lebih Baik Tahu Sekarang: Pemeriksaan Gratis yang Sering Diabaikan

Lebih Baik Tahu Sekarang: Pemeriksaan Gratis yang Sering Diabaikan

Suatu pagi, di sebuah puskesmas kecil di Surabaya, warga mulai berdatangan sejak pukul delapan. Beberapa membawa anak kecil, yang lain datang sendiri, dan tak sedikit pula yang ditemani keluarga. Mereka bukan sedang sakit. Mereka datang karena mendapat informasi dari RT bahwa mulai tanggal 10 Februari 2025, pemerintah Indonesia resmi meluncurkan program nasional Cek Kesehatan Gratis. Satu kado ulang tahun dari negara untuk semua warganya, yang berlaku di hari ulang tahun masing-masing dengan masa berlaku selama tiga puluh hari ke depan.

Pak Harun termasuk yang awalnya enggan datang. Usianya 53 tahun, tubuhnya tampak sehat, tidak ada keluhan berarti. Tapi sang istri bersikeras. Katanya, kalau gratis, kenapa tidak dimanfaatkan. Akhirnya ia ikut, dan di ruang periksa itulah ia baru tahu bahwa tekanan darahnya mencapai 160 per 100. Ia tidak merasa pusing, tidak sesak, tidak gemetar. Tapi tubuhnya rupanya sedang menanggung beban yang tak terlihat.

Cerita semacam ini bukan hanya milik Pak Harun. Banyak orang di sekitar kita merasa baik-baik saja, padahal tubuh mereka sedang menyimpan potensi penyakit. Hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, bahkan tanda-tanda awal penyakit jantung bisa hadir tanpa gejala. Yang dirasa hanya cepat lelah, sering mengantuk, atau susah tidur. Kita pun sering mengabaikan. Padahal semua itu adalah petunjuk awal bahwa ada yang perlu diperiksa lebih lanjut.

Program Cek Kesehatan Gratis ini dibuat sebagai bentuk komitmen negara terhadap upaya pencegahan penyakit. Pemeriksaan bisa dilakukan di puskesmas, posyandu, bahkan klinik mitra BPJS. Pemerintah menyiapkan layanan untuk semua kelompok umur, dari bayi hingga lansia. Pemeriksaan mencakup tekanan darah, gula darah, kolesterol, indeks massa tubuh, hingga skrining kesehatan mental. Bahkan bagi anak-anak sekolah, pemeriksaan akan dilakukan langsung di sekolah masing-masing, khusus untuk anak usia 7 sampai 17 tahun, dimulai pertengahan tahun ini.

Banyak yang terkejut saat hasil skrining menunjukkan hasil tak terduga. Seorang remaja di Bandung, misalnya, tidak menyadari bahwa ia mengalami kecemasan berat hingga hasil skrining mental menunjukkan skor tinggi. Ia kemudian mendapatkan sesi konseling singkat dan tindak lanjut. Di tempat lain, seorang ibu rumah tangga menemukan kadar gulanya mencapai 280, padahal ia tidak merasa sedang sakit. Ia baru tahu bahwa minuman manis yang ia konsumsi setiap hari bisa jadi penyebab utamanya.

Program ini juga dirancang agar mudah diakses. Bagi yang melek digital, bisa mendaftar melalui aplikasi Satu Sehat Mobile. Tapi bagi yang tidak, cukup datang langsung ke puskesmas dengan membawa KTP atau KK. Petugas akan membantu memeriksa dan mencatat hasilnya. Pemerintah juga menyediakan akses melalui WhatsApp chatbot di nomor 0811 1050 0567 bagi yang terbiasa menggunakan aplikasi perpesanan.

Dalam beberapa minggu pertama, lebih dari delapan ratus ribu orang sudah memanfaatkan layanan ini. Angka itu terus bertambah, hingga mencapai lebih dari delapan juta di 38 provinsi. Pemerintah menargetkan 100 juta orang menjalani pemeriksaan ini sampai akhir tahun. Anggaran yang disiapkan awalnya sebesar 3 triliun rupiah, sebagai bagian dari investasi jangka panjang untuk menurunkan angka kematian dini akibat penyakit tidak menular.

Secara ilmiah, manfaat pemeriksaan rutin sudah terbukti. Sebuah studi dalam Annals of Internal Medicine menyebutkan bahwa pemeriksaan berkala dapat meningkatkan deteksi hipertensi dan kadar lemak darah yang abnormal. Sementara analisis dalam jurnal BMJ menunjukkan bahwa walau pemeriksaan rutin tidak serta-merta menurunkan angka kematian, ia terbukti memperbaiki kesadaran hidup sehat, kepatuhan pasien, dan pengelolaan penyakit kronis secara lebih baik. Dalam konteks Indonesia, pendekatan preventif seperti ini sangat masuk akal, mengingat beban pembiayaan kesehatan nasional banyak diserap oleh penanganan penyakit kronis yang seharusnya bisa dicegah.

Selain fisik, aspek psikologis juga menjadi perhatian. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa memberikan ketenangan pikiran. Mengetahui bahwa kondisi tubuh dalam batas aman bisa membuat seseorang merasa lebih tenang. Sebaliknya, jika ditemukan kelainan, maka bisa segera ditindaklanjuti. Penyakit seperti kanker serviks, kanker payudara, atau diabetes dapat diatasi lebih efektif jika diketahui lebih awal. Sayangnya, banyak orang yang menunda karena merasa tidak ingin tahu hasilnya. Mereka takut divonis sakit, padahal yang benar adalah memberi waktu untuk bertindak lebih cepat.

Perubahan budaya ini tidak mudah. Banyak masyarakat yang terbiasa datang ke fasilitas kesehatan hanya saat sudah tidak bisa berjalan atau saat nyeri sudah tak tertahankan. Dulu, program pemeriksaan gratis di posbindu atau posyandu sering dianggap sepele. Sekarang, dengan hadirnya program nasional yang terstruktur, momentum perubahan mulai terasa. Masyarakat yang dulu pasif kini mulai aktif mencari informasi. Kader kesehatan jadi lebih semangat mengajak warga karena ada dukungan nyata dari sistem.

Pemerintah juga merancang program ini agar menjadi bagian dari perayaan pribadi. Saat seseorang merayakan ulang tahun, bukan hanya mendapat ucapan, tapi juga kesempatan untuk memeriksa kesehatannya secara menyeluruh. Ini bukan sekadar simbol, tapi juga pesan yang kuat bahwa negara peduli pada kehidupan setiap warganya, bahkan di hari ulang tahun mereka. Di beberapa daerah, bahkan posyandu sudah menjadikan skrining ulang tahun ini sebagai bagian dari kegiatan rutin. Di kampung-kampung, kartu undangan ulang tahun tidak hanya mengajak makan-makan, tapi juga mengajak cek tekanan darah dan gula darah bersama.

Kesehatan adalah fondasi utama dalam kehidupan. Tanpa tubuh yang sehat, semua rencana besar dan mimpi indah hanya akan menjadi bayangan. Pemeriksaan kesehatan bukanlah beban, tapi investasi. Bukan tanda bahwa kita lemah, tapi bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang-orang yang kita sayangi. Program Cek Kesehatan Gratis yang diluncurkan pemerintah adalah peluang, bukan kewajiban. Tapi peluang ini bisa menjadi titik balik banyak orang.

Bayangkan bila semua orang menjadikan ulang tahun sebagai momen untuk mengevaluasi kesehatan. Bayangkan anak sekolah yang setiap tahun tahu tinggi dan berat badannya, orang tua yang sadar tekanan darahnya, dan pekerja yang bisa mendeteksi stres lebih awal. Dalam jangka panjang, kita bukan hanya menurunkan angka sakit, tapi juga menciptakan masyarakat yang lebih produktif dan sejahtera.

Pak Harun kini rutin memeriksa tekanan darahnya sebulan sekali. Ia sudah tidak merasa tabu untuk minum obat penurun tekanan darah, karena tahu itu menyelamatkan jantungnya. Ia juga mulai mengurangi makanan asin dan berjalan kaki keliling kompleks setiap pagi. Semua itu berawal dari satu keputusan sederhana, yaitu memanfaatkan pemeriksaan gratis saat ulang tahunnya.

Kita tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi di dalam tubuh kita. Tapi satu hal yang pasti, lebih baik tahu lebih awal daripada menyesal di kemudian hari. Karena penyakit sering kali datang diam-diam, dan saat ia muncul dalam bentuk gejala, bisa jadi sudah terlalu terlambat. Maka jangan menunggu. Gunakan hak Anda. Saat ulang tahun tiba, bukan hanya tiup lilin, tapi juga cek tekanan darah dan kadar gula. Karena merayakan hidup artinya juga menjaga hidup itu sendiri.


Discover more from drBagus.com

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply